PURUK CAHU, RAKYATKALTENG.com – Politik dinamis erat hubungannya dengan kebutuhan daerah dan masyarakat. Tidak sedikit politikus yang menjadi rival politik dalam Pilkada bisa rujuk kembali. Mungkin saja karena suasana hati sudah nyaman. Atau ada kesepakatan pandangan untuk memajukan daerah.
Berdagang ego dalam politik sama saja menutup peluang kerjasama dengan kesombongan diri yang berlebihan.
Berlarut dalam perbedaan pandangan politik tentu tidak diharamkan. Sepanjang perbedaan memiliki bobot algoritma yang jelas. Apalagi sudut pandangan dan idelogi partai politik yang berbeda. Perbedaan pandangan adalah rahmat.
Imam Safi’i mengemukakan bahwa pendapatku benar, tetapi memiliki kemungkinan untuk salah, sedangkan pendapat orang lain salah, tetapi memiliki kemungkinan untuk benar. Pendapat bijak tersebut menunjukkan, bahwa kebenaran itu relatif dan tidak mutlak.
Baru-baru ini, masyarakat Murung Raya dibuat kagum dengan sebuat foto salam jempol antara Heriyus, S.E (Bupati Murung Raya periode 2025-20230) dengan Dr. Doni, S.P., M.Si (Ketua DPC PDIP Murung Raya). Meski dari foto itu hanya sebuah kebetulan, ketika Heriyus dan Doni bersama-sama menumpangi Pesawat perintis dari Puruk Cahu menuju Palangka Raya. Bisa saja menjadi awal kolaborasi satu rumah (Murung Raya). Mungkin bisa dibantah, tetapi lumrah dalam falsafah.
Banyak yang berargumen dengan perilaku pemimpin yang Humble Leadership, meyakini hubungan Heriyus dan Doni bakal lebih baik. Meski belakangan diketahui hubungan keduanya sempat renggang ketika menjadi rival pada Pilkada 27 November 2024 lalu.
Heriyus bersama Wakilnya Rahmanto Muhidin ketika Pilkada lalu tidak diusung PDIP, sedangkan PDIP menugaskan Nuryakin sebagai Calon Bupati dan Doni sebagai Calon Wakil Bupati. Heriyus dan Doni ketika itu sama-sama menjadi Kader PDIP tulen.
Kemenangan Heriyus dalam Pilkada tidak membuat jumawa. Kekalahan Doni juga tidak menjadi hina. Keduanya sama-sama putra terbaik Murung Raya. Apalagi keduanya mengalir darah saudara, sama-sama berkeluarga dari titisan Dayak Siang.
Dukungan kepada masing-masing figur ini diminta tidak berlebihan pasca sudah Presiden RI Prabowo Subianto melantik Heriyus dan Rahmanto sebagai Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya Periode 2025-2030. Dalam penegasannya Presiden RI ke-7 itu menyebutkan jadi Pelayan Rakyat dan Menjaga Kepentingan Rakyat (Antara, 20 Februari 2025).
Tidak ada lagi dukungan kotak-kotak. Masyarakat yang menang dan yang kalah. Semuanya masyarakat Murung Raya yang menaruh harapan kepada Heriyus dan Rahmanto untuk membawa kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat secara merata.
Fanatisme sebagai wujud keyakinan atau kepercayaan yang berlebihan terhadap suatu hal seperti politik. Terkadang fanatisme bermuatan kerugian berlebihan.
Para fanatik politik cenderung mengabaikan kesalahan yang dilakukan oleh tokoh atau partai yang mereka dukung, sekaligus mengkritik berlebihan pihak lawan. Kondisi ini bisa memperkeruh suasana politik dan merusak etika demokrasi, hingga tatanan pemerintahan karena perdebatan yang seharusnya berjalan konstruktif malah berubah menjadi konflik yang tak produktif.
Kerap sekali fanatisme politik sering kali mengaburkan realitas dan membuat seseorang sulit melihat kelemahan atau kekurangan pihak yang didukungnya. Mereka terjebak dalam pandangan bahwa tokoh atau partainya adalah yang terbaik, sementara yang lain salah. Sering kali melupakan tujuan utama dari berpolitik itu sendiri, yaitu menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi semua orang.
Salah satu tokoh pemuda dan politik di Kabupaten Murung Raya Dr. Lukmanul Hakim, M.AP menilai kehadiran Heriyus dan Doni dipublik maski hanya melalui foto bersama dalam pesawat menunjukan keduanya mencintai Murung Raya.
Ditubuh keduanya terdapat makna falsafah huma betang. Kata Lukman, nilai yang terpajang ini juga mirip dengan loso hidup suku Dayak, yaitu belom bahadat, handep, serta hapungkal lingu nalatai hapangjan.
Apakah frasa foto bersama itu erat kaitannya Heriyus dan Doni rujuk. Bergandengan tangan membangun Murung Raya. Wallahualam. (RK1)