SAMPIT,RAKYATKALTENG.com – Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Wahito Fajriannor, menyoroti maraknya aksi balapan liar yang kerap terjadi di Jalan Tjilik Riwut, tepatnya di kawasan Terowongan Nur Mentaya, Sampit.
Ia menilai fenomena ini perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah maupun aparat penegak hukum.
Menurut Wahito, salah satu penyebab munculnya balapan liar adalah belum tersedianya wadah atau tempat yang layak bagi anak muda untuk menyalurkan hobi dan bakat otomotif mereka. Karena itu, ia mendorong agar progres pembangunan sirkuit balap di Kotim dapat segera dipercepat.
“Balapan liar ini memang menjadi keresahan masyarakat. Kalau kita lihat, salah satu penyebabnya adalah karena belum ada tempat resmi bagi mereka menyalurkan hobi. Jadi, kalau pembangunan sirkuit bisa dipercepat, hal itu tentu bisa meminimalisir terjadinya balapan liar,” ujar Wahito, 22 Oktober 2025
Ia menyebutkan, sebelumnya pemerintah daerah telah menyediakan area latihan di lingkungan Dinas Perhubungan (Dishub) bagi komunitas otomotif. Namun, fasilitas tersebut masih sangat terbatas dan belum mampu menampung seluruh kebutuhan pembalap lokal.
“Memang pemerintah sudah sempat memberikan tempat latihan di Dishub, tapi kan skalanya kecil dan tidak ideal untuk kegiatan balap yang sesungguhnya. Kita ini sebenarnya sudah punya lahan sirkuit dan trek-nya juga sudah ada, tinggal penyelesaiannya saja seperti pengaspalan dan sarana pendukung lainnya,” jelasnya.
Politisi Partai Gerindra itu menegaskan, pembangunan sirkuit bukan hanya sekadar fasilitas olahraga, tetapi juga solusi jangka panjang untuk mengurangi kegiatan negatif yang membahayakan masyarakat dan pengguna jalan lainnya.
“Kalau wadahnya ada, mereka bisa tersalurkan dengan baik. Selain itu, bisa juga menjadi sarana pembinaan atlet otomotif daerah dan menumbuhkan kegiatan ekonomi baru di sekitar lokasi sirkuit. Jadi manfaatnya banyak,” katanya.
Selain mendorong percepatan pembangunan sirkuit, Wahito juga meminta agar aparat kepolisian memperketat pengawasan di titik-titik rawan yang sering dijadikan arena balapan liar.
Ia menilai sebagian pelaku bukan berasal dari komunitas resmi, melainkan oknum-oknum yang mencari sensasi tanpa memperhatikan keselamatan diri maupun orang lain.
“Rata-rata yang terlibat itu bukan pembalap yang siap atau tergabung dalam komunitas, tapi oknum yang hanya ikut-ikutan. Karena itu, saya berharap pengawasan dari Polres maupun jajaran terkait bisa lebih diperketat agar aksi balapan liar ini bisa ditekan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wahito berharap adanya sinergi antara pemerintah daerah, kepolisian, dan komunitas otomotif dalam mencari solusi terbaik.
“Jangan hanya ditindak, tapi juga diberikan ruang agar mereka bisa berkompetisi secara sehat dan positif. Itu langkah yang jauh lebih efektif untuk jangka panjang,” pungkasnya.(rk2)












